Jumat, 05 Januari 2018

Kamu atau Dia (Sosok yang baru) Part. 2

Saat hari yang ditentukan itu tiba. Saat waktu untuk memberikan jawaban itu datang. Rasanya hariku menjadi aneh. Seharian aku uring-uringan di kantor. Gelisah, cemas, khawatir karna sampai hari itu aku belum juga mempunyai jawaban, sedangkan aku sudah menjanjikan setelah ashar akan memberikan jawaban padanya. Aku bingung, karna sebenarnya aku masih memikirkan kamu yang jauh disana. Hatiku sepertinya masih mengharapkan kamu yang datang, bukan dia. Tapi aku harus sadar, bahwa semua harapku mungkin tak kan pernah lagi terwujud. Jalanku dan jalanmu sudah berbeda. Mungkin memang harus begini ceritanya, kamu dengannya dan aku dengan dia.

Ku coba untuk kembali kepada kenyataan. Disini hanya ada aku, sendiri, tanpa kamu. Aku bersyukur bahwa aku masih mempunyai banyak teman yang dapat aku pintai pendapatnya. Mereka bilang aku harus mencobanya, jangan pernah menutup diri untuk seseorang yang baru karna perihal jodoh hanya Allah yang tau jawabnya. Jangan pernah menutup pintu jodoh untuk diri sendiri hanya karna aku pernah gagal. Ingat, bukan tanpa alasan Allah memberikan kegagalan atau memisahkan aku  dengan kamu, kecuali untuk mempertemukanku dengan seseorang yang tepat dan lebih baik. Dan mungkin Allah ingin bilang, bahwa orangnya bukanlah kamu.

Pikiranku saat itu penuh dengan banyak pendapat. Pendapat banyak orang yang menasehatiku, dan juga pendapatku yang sebenarnya tidak lah sejalan dengan apa yang ada dalam hatiku. Di tengah kebimbangan itu aku berlari mengejar Allah. Tangisku pecah di waktu dhuha. Menanyakan Allah kenapa harus aku yang mengalami ini. Tersedu mengingat kamu, semua perkataanmu, menanyakan semua kejujuranmu. Kamu, kamu sudah membohongi ku kan ? Iyaa kan ?

Tangisku semakin menjadi-jadi. Kamu, kenapa kamu jahat ? Dan aku pun semakin larut dalam tangisku. Ku biarkan diriku menangis sepuasnya saat itu. Mengungkapkan kemarahanku padamu sampai aku lelah untuk menangisimu lagi. Setelah itu ku coba menenangkan hatiku. Beristighfar sebanyak yang aku bisa. Ku minta petunjuk pada Allah agar aku tak salah lagi untuk kedua kalinya.
Ku coba ingat lagi perkataan dari seorang kakak, 'Justru karna kakak tau kondisi kamu, jadi kakak menawarkan dia sama kamu. Kakak ngga mau kamu menunggu sesuatu yang ngga pasti. Kakak ngga mau kamu menghabiskan waktu kamu untuk sesuatu yang belum pasti'. Kata-kata yang begitu bijak. Benar kata kakak, aku memang tidak boleh membiarkan diriku sendiri dalam ketidakpastian, membuang waktuku yang berharga hanya untuk menunggumu datang. Datang ?? mungkin bisa jadi kamu juga tidak akan datang kan ?

Ku tarik nafas dalam-dalam, mencoba menyegarkan kembali diriku dari semua rasa yang tak bisa terdefinisikan lagi saat itu. Aku sudah memutuskan apa yang akan kuberikan sebagai jawaban.
Menjelang ashar aku sebenarnya masih ragu dengan jawabanku. Tapi ku coba mantapkan lagi dengan do'a. Saat waktu ashar itu masuk dan aku sholat, sepanjang sholat entah kenapa aku menangis. Aku takut sholatku saat itu tidak khusuk. Sudah ku coba menahan air mata itu, tapi nampaknya air mata itu jauh lebih tangguh dari pada aku, ia tetap saja mengalir. Tapi aku tidak boleh kalah begitu saja dari air mata ini. Selesai sholat ku angkat kedua tangan lalu berdo'a. Ku pinta kemantapan hati pada Allah. Semoga keputusan yang aku ambil adalah yang terbaik bagiku.

Setelah tenang, aku kembali ke ruanganku. Aku bersiap untuk memberikan jawaban. Kali ini aku tidak mau melibatkan perasaan seperti dulu aku ke kamu. Aku juga tidak mau menaruh terlalu banyak harapan pada hubungan baru ini. Aku sudah banyak belajar dari kamu tentang hal ini. Dan aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Jadi aku serahkan semuanya pada Allah, biarlah kali ini aku benar-benar hanya berharap pada tempat dimana seharusnya aku berharap. Apapun nanti jalan ceritanya, gagal lagi atau berhasil, aku tetap akan memanjatkan syukur pada Allah.

Aku memang selalu memiliki rencana tentang bagaimana maunya aku menjalani hidupku. Tapi tidak lah ada yang mampu menandingi kuasa Allah, dan skenario-Nya sudah pastilah yang terbaik.
Dengan Bismillah ku sampaikan, Allah jika memang dia yang terbaik bagiku dan inilah pilihan-Mu, aku akan berikan dia jawaban 'Iyaa'. (Baca Part.3 End)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Label Pena

Pena Terpopuler

Kawan Pena